Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Kurang Baduta dalam Seribu Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017

  • Talib Abas Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh
  • Faisal Abdurrahman Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh
  • Fachmi Ichwansyah Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh
Keywords: Karakteristik Ibu, Seribu HPK, Gizi Kurang

Abstract

Latar Belakang: Gizi kurang menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia.  Prevalensi gizi kurang pada balita berdasarkan indeks BB/U di Indonesia memberikan gambaran yang fluktuatif sehingga pemerintah menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita, dimana masalah ini menjadi salah satu sasaran yang akan dicapai pada tahun 2025.

Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain case control.Populasi penelitian ini adalah yang mempunyai balita usia 6–24 bulan di wilayah Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Sampel kasus yaitu ibu yang mempunyai balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 35 responden dan sampel kontrol adalah ibu yang mempunyai balita dengan status gizi baik sebanyak 35 responden. Data yang digunakan adalah dokumentasi, kuesioner dan analisa data yang digunakan adalah uji regresi logistik.

Hasil: Dari hasil analisa bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang adalah pendapatan keluarga (OR=7,25; 95% CI:2,39-21,99; P-value=0,0001), jumlah anggota keluarga (OR=3,8; 95% CI:1,31-10,91; P-value=0,014), pemberian ASI eksklusif (OR=3,8; 95% CI:1,38-10,17; P-value=0,009) dan pemberian MP-ASI (OR=3,4; 95% CI:1,25-9,40; P-value=0,017). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi kurang pada baduta di Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar adalah pendapatan (OR=5,5; 95% CI=1,6-17,9; p-value=0,005), artinya bahwa keluarga dengan pendapatan rendah memiliki peluang 5,5 kali baduta akan mengalami gizi kurang. Kesimpulan: Pendapatan, jumlah anggota keluarga, pemberian ASI ekslusif dan pemberian MP-ASI merupakan farktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada baduta. Maka perlu ditingkatkan penyuluhanan gizi pada ibu balita, agar meningkatkan kesadaran atas pentingnya pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP-ASI dengan cara melakukan sesuai standar yang telah ditetapkan serta melakukan kerjasama lintas sektoral dalam perencanaan program kebijakan guna menanggulangi gizi kurang lebih diperioritaskan pada keluarga dengan pendapatan rendah.

Background: Malnutrition is one of the main nutritional problems in Indonesia. The prevalence of malnutrition in children under five based on the BB / U index in Indonesia provides a fluctuating picture so that the government reduces the prevalence of under-nutrition in children under five, where this problem is one of the targets to be achieved in 2025.

Method: This research is an analytic observational study using a case control design. The population of this study is those who have children aged 6–24 months in the Baitussalam Community Health Center, Aceh Besar District. The sample of cases, namely mothers who have children under five who experience malnutrition as many as 35 respondents and the control sample is mothers who have children with good nutritional status as many as 35 respondents. The data used are documentation, questionnaires and data analysis used is logistic regression test.

Results: From the results of the bivariate analysis, it was found that the variables associated with the incidence of malnutrition were family income (OR = 7.25; 95% CI: 2.39-21.99; P-value = 0.0001), the number of family members (OR = 3.8; 95% CI: 1.31-10.91; P-value = 0.014), exclusive breastfeeding (OR = 3.8; 95% CI: 1.38-10.17; P-value = 0.009) and complementary feeding (OR = 3.4; 95% CI: 1.25-9.40; P-value = 0.017). The most dominant factor associated with malnutrition status in baduta at Baitussalam Community Health Center, Aceh Besar District was income (OR = 5.5; 95% CI = 1.6-17.9; p-value = 0.005), meaning that the family with income low has a 5.5 times chance that baduta will experience malnutrition.

Conclusion: Income, number of family members, exclusive breastfeeding and complementary feeding are factors associated with malnutrition status in baduta. So it is necessary to increase nutrition counseling for mothers of children under five, in order to increase awareness of the importance of family income, number of family members, exclusive breastfeeding, complementary feeding by doing according to predetermined standards and conducting cross-sectoral cooperation in planning policy programs to overcome malnutrition. more priority to families with low income.

Published
2021-02-21